Scott Pilgrim Vs. The World

Friday, December 24, 2010


Waktu edar : 13 Agustus 2010

Waktu menonton : November 2010

Media menonton dan teman menonton : di DVD sama adik

Hal paling berkesan : Visualnya? Mungkin

A movie that I’m most disappointed at in 2010.

Ada banyak hal yang membuat saya sangat antusias menonton Scott Pilgrim.

Pertama, Edgar Wright. Sutradara film ini menyutradarai dua film yang termasuk favorit saya. Film pertama adalah Shaun of the Dead, sebuah film komedi zombie yang berhasil menjadi film komedi yang baik sekaligus film zombie yang baik. Yang kedua adalah Hot Fuzz, sebuah film aksi komedi yang bahkan bisa memasukkan misteri berbalut komedi yang sangat baik menurut saya. Saya benar-benar suka kedua film itu, dan saya banyak sekali tertawa pada saat menonton. Saya orang yang tidak humoris. Saya jarang tertawa karena film komedi atau film kartun yang kata orang sangat lucu sekali pun. Tapi kedua film ini membuat saya tertawa lepas. Saya jarang tertawa karena komedi slapstick atau jokes yang obvious. Saya lebih sering tertawa karena dialog yang smart in a funny way. Jadi saya menunggu apa lagi karya Edgar Wright yang akan membawa saya tertawa dengan dialognya. Untuk saya Edgar Wright = Good

Kedua, Michael Cera. The IT guy on nerd role. Setiap ada peran-peran nerd pasti Michael Cera yang main. Dia memang cocok karena mukanya yang cute dan innocent. I love Michael Cera. Jadi menurut saya Edgar Wright + Michael Cera = Very Good.

Ketiga, video games. Saya adalah seorang gamer dan saya suka bermain game. Saya sudah menonton trailernya dan saya merasa film ini akan jadi love letters for video gamers. Dari referensi fighting game (layar K.O. dan hit combo) seperti Street Fighter atau Tekken, referensi RPG jaman dulu seperti Zelda dan Final Fantasy, dan banyak referensi Mario(musuh berubah jadi koin setelah dikalahkan) membuat saya merasa this is Edgar’s love letter for video games fan. Jadi Edgar Wright + Michael Cera + Video Games = Excellent.

Keempat, the comic. Film ini berdasarkan oleh komik dengan judul sama. Saya membaca komiknya dan menurut saya komik itu benar-benar a love letter for video games fan. Jadi dengan dibuatnya film saya merasa film ini akan jadi film yang sangat menghibur. Karena Edgar Wright + Michael Cera + Video games + great comics = perfection.

Tapi kenyataannya…. it’s not.

Mister Edgar Wright, kemana kalimat-kalimat lucu dan menusuk anda? Kemana humor anda yang beda tapi pas pada tempatnya? Hampir semua jokes di Scott Pilgrim predictable, dan so Hollywood. Saya mengerti anda biasanya membuat film untuk edar di negara anda, Inggris, tapi kenapa anda harus menurunkan selera humor anda untuk orang Amerika?

Dalam dua jam menonton, saya dan adik saya yang tertawa bersama saat menonton kedua film Mr.Wright sebelumnya, hanya tertawa kecil sesekali. Mungkin karena ekspektasi saya yang tinggi terhadap karya-karya Mr.Wright jadi saya sedikit merasa bosan menonton film ini. Kita cuma disuguhkan adegan-adegan fighting dengan style video game berulang-ulang. It’s just not that funny.

Saya yakin potensinya masih banyak. Karena ada beberapa dialog pintar yang terselip diantara adegan fighting berulang-ulang, jokes tentang vegan superpower yang tidak lucu, dan nyanyian tidak lucu yang dinyanyikan oleh The First Evil Ex boyfriend.

Hampir semua jokes pintar sudah dimasukkan didalam trailer, jadi pada saat saya menonton lagi, jokes itu sudah tidak mengena untuk saya. Ternyata hal-hal terbaik dalam film ini sudah ada di dalam trailernya. Saya tidak perlu menonton harusnya.

Mungkin Mr.Wright takut joke Inggris tidak mengena jika dibawa ke Amerika. Saya akui bahwa joke Inggris memang berbeda dan saya bisa menerima bahwa mungkin anda takut. Tapi kenapa semua dialog-dialog smart anda di film sebelumnya digantikan dengan adegan fighting berulang-ulang?

Saya akui memang film ini punya visual yang baik sekali. Film ini benar-benar menggunakan hal-hal dalam game dengan baik. Adegan fighting, adegan fighting, dan adegan fighting. Saya baru sadar bahwa semua visual yang baik berlangsung pada adegan fighting. Film ini punya plot yang sangat tipis, hampir tidak ada, dan hanya bergantung pada adegan fighting, adegan fighting, dan adegan fighting. Bukan berarti film tentang video games harus tanpa plot. Tron, sebuah film tahun 1982 yang sekuelnya akan rilis tahun depan, adalah sebuah film yang menggunakan teknologi video game, membuat kita masuk dalam video game, dengan plot yang sangat baik. Selama dua jam menonton itu saya tidak pernah merasa bosan. Plotnya menghibur dan saya sangat kagum dengan visualnya yang sangat baik untuk film tahun 1982. Kalau Tron bisa, kenapa anda tidak Mr.Wright?

Mungkin satu yang tidak bisa saya kritik adalah pemilihan musiknya. Musiknya bagus-bagus, dan setelah menonton saya jadi ingin mendownload albumnya. Tapi sebuah film yang lagunya jauh lebih memorable dari filmnya pasti mengandung sesuatu yang salah.

Entah mungkin hanya saya saja. Mungkin hanya saya saja yang merasa film ini tidak selucu itu and a waste of a good talent. Mungkin film ini menghibur. Saya juga terhibur sedikit dengan adegan fightingnya, kalau saja tidak diulang berulang-ulang. But this movie could be a lot more. So much potential. Mr.Wright, please make a movie that’s clever and funny again. Because I know you could do so much more.

0 comments:

Post a Comment