Easy A

Friday, December 24, 2010

Waktu edar : 17 September 2010

Waktu menonton : December 2010

Media menonton dan teman menonton : dirumah sendiri

Hal paling berkesan : Emma Stone!

Dimana seorang Emma Stone mendapatkan nominasi Golden Globe untuk sebuah film remaja

Dari berpuluh-puluh film remaja yang keluar setiap tahunnya, bisa dihitung dengan satu jari mana film remaja yang layak tonton atau tidak. Mungkin karena orang-orang di Hollywood sana mengira remaja dapat dibodoh-bodohi dengan membuat film remaja yang so so dengan pemain ganteng, tetapi tetap laku. But here’s the deal : it works. Most of the time. Saya adalah penikmat film yang serius dan yang tidak serius. Saya menonton film-film pemenang Oscar. Saya nonton film berat. Tapi saya juga menonton A Cinderella’s Story, The Princess Diaries, Mean Girls. Dan untuk saya film-film tersebut menghibur. Dan saya juga korban penonton film yang sudah tahu so so, tapi karena kegantengan pemainnya, saya tetap tonton.

Karena stereotype itulah penikmat film yang mengaku kaliber tinggi jarang mau menonton film remaja. Dan karena itulah mereka akan melewatkan sebuah film remaja yang cerdas, cute, dan cocok ditonton oleh semuanya, bukan hanya penggemar film. Juno, sebuah film yang cerdas juga, mungkin terlalu cerdas untuk film remaja. Kenapa? Karena pengamatan saya terhadap teman-teman saya yang memang buta film dan menonton film hanya untuk rekreasi. Mereka tidak suka Juno karena untuk mereka tidak menghibur. Too much dialogue.

Easy A menceritakan tentang Olivia Penderghast (yang dimainkan dengan sangat apik oleh Emma Stone) yang merasa invisible di SMAnya, seperti banyak anak SMA lainnya. Karena malu menceritakan weekendnya yang dihabiskan dirumah saja, dia mengarang cerita tentang kencannya dengan seorang cowo kuliahan dimana she lost her virginity. Gosip itu menyebar dengan cepat ke seluruh sekolah, dan Olivia berubah dari invisible girl menjadi whore girl dalam hitungan satu hari.

Masalah Olivia bertambah ketika dia membantu sahabatnya yang gay untuk berpura-pura having sex supaya sahabatnya tidak di bully di sekolahnya. Setelah itu, 80 persen populasi sekolah yang tidak tahu yang sebenarnya mencap dia sebagai pelacur, dan 20 persen sisanya , yaitu para nerd dan outcast, meminta bantuan dia untuk berpura-pura having sex dengan mereka.

Ini sebuah film komedi remaja tentang virginity. Tema ini sama seringnya dilakukan seperti film romantis antara si kaya dan si miskin. Tapi entah kenapa, film ini adalah film komedi yang sangat menarik dan cerdas.

Pertama, orang tua Olivia. Cara mereka mengatasi masalah Olivia sangat real, dan sangat cerdas. Ini adalah gambaran orang tua remaja yang seharusnya, bukan orang tua di film-film lain. Orang tua Olivia, bersama dengan orang tua Juno, harus masuk ke daftar orang tua terpuji dalam film.

Kedua, Emma Stone sebagai Olivia. Mungkin yang belum menonton film ini akan heran melihat Emma mendapatkan nominasi Golden Globe. Saya tidak. Emma disini sangat endearing, sweet, dan real. Dia bukan remaja yang dibodoh-bodohi. Menurut saya, Emma Stone dan tokoh Olivia ini lah 80 persen alasan mengapa Easy A bagus.

This is Emma Stone’s movie. I love this movie because of Emma Stone, because of Olivia Penderghast. Sebuah film remaja biasa yang mendapatkan nominasi Golden Globe. 30 persen alasannya adalah karakter Olivia yang terbangun kuat, tapi 70 persen alasannya adalah karena Emma Stone.

Emma, you have a great future ahead of you. Looking forward for your next movie :)

0 comments:

Post a Comment