New York, I Love You

Monday, March 29, 2010

Waktu edar : 16 Oktober 2009

Waktu menonton :
Akhir tahun 2009

Media menonton dan teman menonton :
Di Blitz Megaplex sama Nurdini Amalia , Besty Berliana dan Nadya Siddiqa

Hal paling berkesan : The last segment about an elderly couple arguing but we know they love each other. I always have weak spot for growing old together kind of thing.


Why's that squirrel chasing the other squirrel?
Because he loves her.

Then why is she running away?

Because she's scared.


Alkisah dulu saya pernah nonton film judulnya Paris Je T'aime. It's an abstract movie. I really don't know how to describe it. I don't get it. Pertama karena jalan ceritanya memang rumit. Dan kedua karena mungkin saya ga se open minded sekarang dalam menonton film.

Saya sebenernya tertarik nonton film ini karena jajaran pemainnya. Hayden Christensen. Orlando Bloom. Bradley Cooper. Shia Labeouf. Rachel Bilson. Christina Ricci. Natalie Portman. Blake Lively. Semuanya young up and coming star yang eye candy banget. So I gave this one a try. Okay, on to the movie. Btw, I'm gonna refer to the character by the actors and actress' name cause I really can't remember all their names.

Segmen pertama langsung disuguhi dengan Hayden Christensen dan Rachel Bilson yang bermain sebagai sepasang kekasih (btw, they're engaged in real life) yang mesra, but not really. Mereka pertama kali bertemu, atau sudah lama bertemu, di sebuah lapangan basket. Ketika Hayden masuk ke sebuah kafe dan mendapati Rachel bersama Andy Garcia, mereka mengetahui sesuatu yang mengejutkan. Hmmm untuk segmen ini menurut saya not bad. It's a clever enough idea. Saya sedikit bingung di awal dan akhirnya tapi overall I get it.

Segmen kedua tentang Natalie Portman yang akan menikah dan datang ke toko berlian. I honestly couldn't understand this one. I'm lost. Saya tidak mengerti tentang interaksi Natalie dengan sang penjaga toko. Maybe on my second viewing I'll get it.

Segmen ketiga tentang dua orang, Orlando Bloom dan Christina Ricci yang berhubungan lewat telepon. It's a cute and rather usual entry. Almost anyone will understand it. It's a cute enough love story, but rather usual.

Segmen keempat tentang dua orang yang bertemu ketika mereka mengisap rokok di jalan. Usaha sang cowo berkenalan dengan si cewe berhasil, tapi dengan hasil yang aneh. Menurut saya dialog - dialog di segmen ini cerdas dan settingnya yang dipinggir jalan menunjukan bahwa 'This is New York' and I like it.

Segmen kelima menceritakan tentang seorang teenage boy yang punya keinginan untuk lose virginity pada malam prom, sayangnya pacarnya memutuskan dia. Keputusan dia untuk pergi dengan seorang cewe ternyata berjalan tak terduga. Untuk saya this brought a smile to my face. Sweet dengan cara tersendiri.

Segmen keenam bercerita tentang dua orang yang bertemu dan one night stand kemudian saling berpikir apa lebih baik bertemu lagi atau tidak. Segmen ini semuanya ditunjukkan lewat monolog dalam pikiran tokohnya. Dan untuk saya keputusan sutradaranya untuk menggunakan media seperti itu untuk menyampaikan ceritanya merupakan cara unik dan membuat segmen ini berbeda.

Segmen ketujuh bercerita tentang penyanyi opera yang pensiun dan berlibur di sebuah hotel di New York, kemudian menghabiskan waktunya mengobrol dengan bellboy hotel. Awalnya saya yakin segmen ini akan bagus. But at the end, I have absolutely no idea what it's about. Dan saya penasaran sekali arti film ini apa. Menurut saya segmen ini not bad. Settingnya bagus, akting pemainnya bagus. Mungkin saya saja yang memang belum mengerti ceritanya.

Segmen kedelapan yang disutradarai oleh Natalie Portman bercerita tentang dua pasangan beda ras yang bercerai dan anaknya sedang diasuh oleh sang ayah sehari. Segmen ini simpel tapi menyentuh. Dan quotes di atas saja quotes dari segmen ini.

Segmen kesembilan bercerita tentang seorang gadis Cina yang mendapat tawaran untuk dilukis oleh seorang pelukis. Untuk saya segmen ini so so, dan tidak berhasil menggambarkan New York ataupun I Love You.

Segmen terakhir dan segmen yang paling saya suka, bercerita tentang dua pasangan nenek kakek yang sedang berjalan berdua sambil bertengkar. Sepanjang segmen kita disuguhi dengan pertengkaran mereka yang sepele dan malah menunjukkan they love each other. Ini segmen yang paling saya suka karena I have a weakness for growing old stories.

Overall, film ini tidak bisa dinilai dari keseluruhan, karena film ini memang dibuat dalam segmen -segmen yang tidak berhubungan. Untuk temanya, masih ada beberapa yang tidak mencerminkan New York ataupun I love you. Basically, kalau kalian tidak suka film abstrak, kalian tidak akan suka ini. Dan kalau kalian tidak suka Paris Je T'aime, tidak mungkin kalian suka film ini. Walaupun untuk saya, film ini jauh lebih bagus dari Paris Je T'aime.So selamat menonton.

It's a Wonderful Life

Friday, March 26, 2010

Waktu edar : 20 Desember 1946

Waktu menonton :
Tahun 2009

Media menonton dan teman menonton :
Di rumah sendiri

Hal paling berkesan : The first black and white movie that I truly watch from start to finish



Strange, isn't it? Each man's life touches so many other lives. When he isn't around he leaves an awful hole, doesn't he?



Film ini adalah film yang sering dijadikan parodi di berbagai film. Premis ceritanya juga sering direuse. Seorang lelaki merasa tidak puas dengan hidupnya dan ingin bunuh diri. Ketika dia ingin bunuh diri, seorang malaikat mendatangi dia dan mengajak dia untuk melihat apa yang akan terjadi pada dia kalau dia tidak pernah lahir.

Selama sejarah saya menonton, saya pernah beberapa kali menonton premis cerita seperti ini. Yang saya ingat mungkin salah satu episode The Simpsons dan episode That 70's Show yang menceritakan apa yang terjadi kalau Eric tidak pernah lahir. Ini adalah film yang selalu diputar menjelang Christmas di TV-TV Amerika. Saya meresearch film ini karena saya tertarik menonton film aslinya. Tapi ternyata film ini susah sekali dicarinya. Saya bisa menonton akhirnya karena teman saya Andissa Granitia penggemar film klasik dan saya meminjam dari dia.

Film ini bercerita tentang George Bailey, seorang manager bank yang mengalami keterpurukan setelah semua uang di banknya hilang. Merasa segala yang dia lakukan hanya menyusahkan saja, dia berniat bunuh diri, tapi kemudian ditolong oleh seseorang. Orang itu, Clarence Odbody, mengaku sebagai malaikat yang dikirim untuk memperlihatkan pada George apa yang terjadi jika dia tidak pernah lahir. Tapi sebelum itu, kita diajak untuk mengikuti kehidupan seorang George Bailey dan peristiwa yang membuat dia sampai memutuskan bunuh diri.

Dari premis cerita, saya sebenernya expect film ini lebih kaya film fantasi. Ternyata 3/4 film ini dihabiskan untuk menceritakan kehidupan George Bailey. Tapi jangan mengira kehidupan George Bailey membosankan dan tidak menarik. Tidak ada yang istimewa dalam hidup George, tapi justru itu yang membuatnya istimewa. Dari perkenalannya dengan calon istrinya waktu kecil, keluarganya yang hanya ingin yang terbaik untuk George tapi situasi yang memaksa, dan penghuni kota kecil yang George tinggali, semua menarik. Kita diajak untuk bersimpati pada George, dan kita diajak bersama - sama dengan George untuk sadar bahwa it IS a wonderful life after all.

Setting film ini semuanya ada di kota kecil yang George tinggali. Dari rumah reyot yang punya arti penting bagi George, sampai bank milik ayah George yang akhirnya terpaksa ia miliki, semuanya berhasil membangun suatu suasana familiarity. Menonton film ini saya jadi terbawa dengan kehidupan George, kehidupan yang sebenernya tidak istimewa - istimewa amat.

Film ini adalah film true black and white. Kalau waktu itu The Wizard of Oz hanya 1/4 saja yang black and white, film ini keseluruhannya hitam putih. Tapi menurut saya itu tidak mengurangi kenikmatan saya menonton, karena justru hitam putih itu membuat suasana familiar itu lebih kentara. Cuma mungkin tidak semua orang menyukai film klasik, karena memang flow dari film - film klasik itu sangat lambat dan banyak orang akan bosan dengan film ini pada setengah jam pertama. Tapi untuk orang - orang yang open mind dengan film berbagai era atau untuk yang belum pernah menonton film klasik, ini bisa jadi pilihan pertama.

Overall, ini film drama klasik yang sangat menarik. Film ini disutradarai oleh Frank Capra, seorang sutradara kawakan pada masanya dan memenangkan 4 Academy Awards untuk Best Director. Filmnya yang ini memang tidak mencapai sukses sebesar film - filmnya yang lain. Bahkan sempat dianggap flop hanya karena dibandingkan dengan film - filmnya yang lain. Tapi film ini sekarang menjadi Christmas movie wajib yang ditayangkan setiap bulan Desember di Amerika sana. Untuk saya yang bukan orang Amerika, dan juga tidak merayakan natal, film ini tetap mampu menghibur saya. Dan untuk yang ingin mencoba film klasik, give this a try.

Phobia 2

Saturday, March 13, 2010

Waktu edar : 9 September 2009, a.k.a 09.09.09

Waktu menonton :
Oktober 2009

Media menonton dan teman menonton :
Di Blitz Megaplex sama Ilham Maulana

Hal paling berkesan : Cerita terakhir. I laughed so hard.


Why bother making Alone 2? Everyone is already dead on the previous movie. And besides what kind of title is Alone 2 anyway? The whole point of Alone is there's no one else. Just one. Not two.


Ini film yang saya tunggu - tunggu banget, karena saya nonton 4bia. Waktu saya denger sutradara yang sama akan menyutradarai film ini, saya langsung pengen nonton. Dan pada dasarnya saya suka horror movies cause I'm not easily scared.

Segmen pertama berjudul Novice, tentang seorang anak bernama Pey yang sering melempari mobil dengan batu kemudian mengambil barang berharga dari pengemudinya. Ibunya memutuskan mengirim dia ke kuil untuk menjadi biksu. Disana dia dihantui oleh sesosok bayangan yang mengingatkan akan karma yang dia lakukan. Untuk saya segmen ini tidak terlalu seram. Biasa saja. Adegannya banyak yang bloody dan sadis, tapi untuk seram tidak juga. Sebenernya settingnya yang di hutan mendukung banget untuk sebuah film horor. Tapi realisasinya jadi dipaksakan.

Segmen kedua berjudul Ward, tentang seorang lelaki yang dirawat inap di rumah sakit dan terpaksa berbagi kamar dengan seorang kakek tua yang koma, yang ternyata tidak seperti kelihatannya. Segmen ini paling pendek, dan paling lemah. Saya lebih tidak takut lagi menonton segmen ini. Settingnya di sebuah kamar di rumah sakit. Not really creepy. Jadi so so lah.

Segmen ketiga berjudul Backpackers, ini entri zombie dari kompilasi horor ini. Seorang hitchikers dan pacarnya menumpang sebuah truk yang ternyata berisi hal - hal yang tidak terduga. Untuk saya segmen ini lumayan efektif. Tegangnya kerasa. Bloody juga. Untuk saya ini entri yang lumayan dari yang lain. Cuma karena saya memang suka zombie movie, jadi saya juga ga terlalu takut nonton ini. Cuma better lah dari yang lain.

Segmen keempat berjudul Salvage, tentang seorang wanita yang membeli mobil - mobil bekas kecelakaan dan mengubahnya menjadi mobil bagus lagi tanpa memberi tahu para pembeli. Ketika anaknya hilang, dia harus mencari anaknya diantara mobil - mobil yang sekarang tidak seperti kelihatannya. Untuk saya film yang ini juga efektif, lebih tegang tapi untuk saya tidak cukup seram. Endingnya efektif kalau saja saya ga baru nonton film yang ber-ending mirip dengan ini. Film ini sejajar dengan segmen keempat dalam hal keefektifan. Untuk seram, masih kurang seram juga menurut saya.

Segmen kelima berjudul In The End. Ini dia. This segment alone is worth buying ticket for. Semua pemainnya adalah pemain dari segmen In The Middle -nya 4bia, my favorite segment. Artis tokoh utamanya adalah cewe yang main jadi tokoh utama Alone, buatan sutradara yang sama, bermain sebagai parodi dari tokohnya sendiri. Bercerita tentang kru pembuatan film Alone 2 (That alone is a hilarious gag) yang harus menghadapi masalah ketika artis pemain hantunya, lengkap dengan makeup dan wig rambut panjangnya, harus dilarikan ke rumah sakit. Membuat twist dari stereotype film hantu , "Ternyata dia sebenernya sudah mati" dengan kocak dan unexpected. I laughed so hard. So does the whole theatre. This one segment shines through the rest.

Overall, film ini jauh lebih tidak seram dari 4bia. Segmen yang benar - benar bagus menurut saya adalah yang kelima, dan itu pun komedi horor. Saya sebenernya mau bilang kecewa sama Phobia 2, tapi segmen kelimanya begitu menghibur dan memorable dan ngebuat saya tetep bisa ngasih rekomendasi untuk nonton film ini. Watch it. It's a mediocre horror movie, but wait till you watch the fifth segment. You will be delighted and entertained.

Pinocchio


Waktu edar : 9 Februari 1940

Waktu menonton :
Waktu SD

Media menonton dan teman menonton :
Di vcd original yang beli di Malaysia. Jadi teksnya malaysia dan saya sebagai anak SD ga begitu ngerti. Dirumah sendiri.

Hal paling berkesan : Lagu When You Wish Upon a Star dan adegan di Pleasure Island. Creepy banget buat anak SD.


When you wish upon a star
Makes no difference who you are
Anything your heart desire will come to you


Sebelum saya mulai ngebahas filmnya, saya mau draw attention ke posternya. Poster itu dibuat sama John Alvin. Dia banyak ngebuat poster dan banyak ngebuat poster film Disney juga. His works are absolutely beautiful. Click his name if you want to see his work.

Film ini adalah film animasi panjang kedua Disney. Sebenernya film ini ga begitu panjang. Cuma 88 menit. Saya sebagai anak SD waktu itu aja nyadar filmnya bentar. Dan satu lagi alesan saya ga begitu antusias nonton film ini adalah, ini bukan film Disney Princess. Saya sebagai anak SD waktu itu suka banget sama Disney Princess. Jadi pinocchio sebenernya saya ga terlalu antusias.

Film ini bercerita tentang sebuah boneka yang dibuat oleh tukang kayu bernama Gepetto. Gepetto berdoa supaya Pinocchio bisa menjadi anak sungguhan. Doanya dikabulkan, tapi jika Pinocchio ingin menjadi anak sungguhan dia harus bisa membuktikan bahwa dia tidak egois dan bisa membedakan baik dan buruk. Dan dimulailah petualangan Pinocchio bersama sidekicknya Jiminy Cricket.

Yang pertama saya ingin bahas adalah animasinya. It's absolutely beautiful. Di era 3D kaya gini 2D cenderung terlupakan. Tapi untuk saya keindahan gambar animasi 2D yang scene by scenenya digambar sendiri ga akan ada yang bisa ngegantiin.

Ceritanya bener - bener banyak mengandung pesan moral. Tapi untuk saya yang waktu itu anak SD, scene di Pleasure Island dimana anak - anak kecil yang nakal diubah jadi keledai ngebuat saya ketakutan. Apalagi didukung sama animasinya.

Saya ga bisa bahas banyak karena jujur saya udah rada lupa. Cuma saya inget ini salah satu animasi Disney yang ngebuat saya takut. Dan saya ga mau nonton ulang karena ga ada princessnya. Dan seperti pada film animasi Disney awal lainnya, Pinocchio minim adegan humor atau fun, dan lebih ke menuturkan cerita. And it's an absolutely great story. Just that it's rather creepy.

Mungkin saya sedikit menyimpang dari kritik lain tentang film ini, tapi saya ga begitu suka dengan Pinocchio. Tapi saya akuin, kalau dibandingkan sama Snow White, ceritanya lebih berkembang, dan Pinocchio punya kepribadian. Hanya saja, kepribadian Pinocchio sedikit menyebalkan. But that's what makes it unique. Di jaman sekarang, animasi seperti ini ga akan diproduksi karena terlalu serius. But animation isn't always for children. Jadi buat saya, it's a serious animation. And I salute Disney once again for their work.

Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief


Waktu edar : 11 Februari 2010

Waktu menonton :
Bulan Februari 2010

Media menonton dan teman menonton :
di Blitz Megaplex sama Gita Madia dan Grace Indah Puiputri

Hal paling berkesan : Logan Lerman as Percy Jackson! Cute cute cute :p Dan referensi Greek Mythologynya


I definitely have strong feelings for you. I just haven't decided if they're positive or negative yet.


Sebenernya film ini bukan termasuk must see movie saya kaya Alice in Wonderland. Saya pertama denger tentang Percy Jackson karena kesukaan saya baca buku. Guilty pleasure saya adalah buku - buku YA, atau young adult, kaya ini. Saya suka ngecek di website teensreadtoo untuk buku-buku YA yang bagus. Nah waktu itu saya baca tentang buku ini. Saya udah download ebooknya tapi sampe sekarang belum dibaca.

Waktu saya denger akan difilmkan oleh Chris Columbus, saya lumayan tertarik, tapi paling DVD aja. Nah karena saya diajakin nonton, akhirnya saya pun menonton si Percy Jackson ini.

Ga ada ekspektasi gimana - gimana pas nonton film ini. Begitu film mulai, yang pertama saya perhatiin adalah Poseidonnya, yang dimainkan sama Kevin Mckidd. Dia juga main di tv series favorit saya, Grey's Anatomy, makanya saya udah mulai tertarik. Begitu keluar si Percy Jacksonnya, saya langsung jadi sangat tertarik hehehe.

Film ini bercerita tentang seorang anak laki - laki bernama Percy Jackson yang tinggal bersama Ibunya dan pacar ibunya yang pemabuk. Ayahnya sudah meninggalkan dia dari kecil. Suatu hari pada waktu karya wisata sekolahnya, gurunya berubah menjadi monster dan menyerang Percy, bersikeras kalo Percy udah mencuri petirnya Zeus. Dari situ Percy baru mengetahui kalo ayahnya adalah Poseidon, dewa laut dan adik dari Zeus, dan dia pergi dalam petualangan untuk mencari tiga mutiara yang akan membawa Percy dan tiga temannya ke Underworld, untuk bernegosiasi dengan Hades.

Satu hal yang menurut saya menarik dari film ini adalah temanya. Greek mythology adalah sesuatu yang saya kurang tahu. Saya cuma tahu dari menonton Hercules dan Xena. Setelah menonton ini, saya langsung membuka wikipedia dan meresearch tentang Greek Mythology ini. Di satu sisi saya memang orangnya seperti itu, selalu meresearch tentang sebuah film sebelum dan sesudah menonton. Tapi di sisi lain, film ini bisa membuat saya tertarik mengetahui siapa itu Poseidon, Athena, Hermes, dan lain - lain. Dan film ini membuat saya ingin nonton Herculesnya Disney sekali lagi.

Sebenernya, kalo dilihat dari berbagai sisi, film ini biasa saja. Dari segi pengembangan cerita, film ini terkesan diburu - buru. Lebih tepatnya hampir tidak ada pengembangan karakter. Sepanjang film kita disuguhi adegan penuh aksi dan petualangan Percy keliling Amerika mencari mutiara. Humor - humornya cocok sebagai family movie tapi tidak lebih dari itu.

Dari pengembangan cerita pun terkesan biasa saja. Saya menyukai referensi Greek Mythologynya, tapi tidak semua orang seperti saya. Kebanyakan orang hanya ingin terhibur oleh ceritanya. Dan untuk menghibur, menurut saya film ini lumayan menghibur. Untuk berpikir lebih dalam, sepertinya tidak.

Akting para pemainnya biasa saja. Para pemain senior, seperti Catherine Keener, Pierce Brosnan dan Sean Benn, bermain biasa saja. Satu - satunya yang menonjol untuk saya cuma Logan Lerman sebagai Percy Jackson, dan itu pun karena dia cute, bukan karena kualitas aktingnya.

Setting dari film ini bagus menurut saya. Cuma saya masih melihat kemiripan dengan film Chris yang sebelumnya, yaitu Harry Potter. Yang tidak memenuhi bayangan saya adalah Campnya. Menurut saya, untuk sebuah camp anak - anak dewa, camp itu terlihat sangat biasa. Setting yang saya suka adalah Hadesnya. Settingnya penuh api tapi terlihat family movienya dan saya suka. Gambaran neraka disini memang tidak sebagus What Dreams May Come nya Robin Williams, yang notabene gambaran surga neraka di film favorit saya. Tapi cocok dengan tema filmnya family adventure movie. Yang aneh adalah Mount Olympusnya. Menurut saya Mount Olympus sangat - sangat mirip dengan penggambaran Hogwarts Castle di film-film Harry Potternya Chris. Ini mungkin cuma saya yang merasa, atau mungkin memang gambaran ketidak kreatifan.

Overall, film ini menghibur. But just that, menghibur. Kalau kalian ingin terhibur dengan cerita ringan dan adegan action dengan rating PG, watch this movie. Tapi kalau kalian merasa sebuah film harus punya makna yang dalam, you won't enjoy this. Karena sepertinya cuma saya saja yang meresearch greek mythology dengan mendalam setelah menonton ini hehehe.

The Wizard of Oz



Waktu edar : 25 Agustus 1939

Waktu menonton :
Tahun 2009

Media menonton dan teman menonton :
di DVD yang minjem dari LFM, dirumah sendiri

Hal paling berkesan : karena saya baca bukunya, yang saya tunggu-tunggu adalah lokasi The Land of Oznya, sama yellow brick road. Oh, dan lagu Over the Rainbow. Definite classic.



Toto, I've a feeling we're not in Kansas anymore


Film The Wizard of Oz ini film yang sangat - sangat klasik. Banyak mucul di list kritikus sebagai top ten movie of all time. Film ini memenangkan Best Picture Academy Awards dan Best Original Song, tentu saja untuk Over the Rainbow.

Sebenernya saya dulu ga begitu tertarik mau nonton ini. Saya inget waktu SD pernah nonton tapi ga selesai. Tapi ga tertarik nonton ulang. Nah suatu hari saya main sebuah game judulnya Emerald City Confidential. Game adventure ini bersetting di Land of Oz, lengkap dengan Cowardly Lion, Scarecrow, Tin Man, dan Dorothy, tapi ngasih twist dengan genre noir. Dorothy umurnya 30 tahun dan egois, cowardly lion jadi pengacara korup, dan lain - lain. It's a great game. Dan saya jadi tertarik sama Land of Oz ini. Pengen tahu yang asli gimana. Pertama saya baca bukunya. Dan saya baru tahu bukunya bukan cuma satu. Land of Oz ini punya seri buku sebanyak 40 yang saya juga belum baca semua. Dan akhirnya saya cari filmnya.

Saya nemuin film ini waktu lagi beres - beres DVD LFM di ruang santai. Terus saya pinjem. Masih rada ragu buat nonton karna umur film ini. Takutnya ga suka. Tapi ternyata ketakutan saya ga beralasan.

Film ini bercerita tentang seorang gadis bernama Dorothy Gale , yang tinggal bersama tante dan omnya dan juga anjingnya, Toto, di Kansas. Suatu hari angin tornado menerbangkan rumahnya dengan Dorothy dan Toto masih didalam. Waktu rumahnya mendarat, mereka menemukan mereka sudah sampai ke Land of Oz, dan rumah mereka mendarat di Wicked Witch of the West, dan membunuh penyihir itu. Kemudian Dorothy bertemu Good Witch of the North dan diberi tahu bahwa jika dia ingin pulang, dia harus menemui The Wizard of Oz di Emerald City. Sepanjang perjalanan dia bertemu karakter - karakter yang sudah iconic seperti Tin Man, Cowardly Lion, dan Scarecrow.

Kesalahan pertama saya dalam menonton film ini adalah, saya memainkan game Emerald City Confidential itu, yang notabene adalah twist lain dari cerita Wizard of Oz. Game itu lebih dark daripada cerita aslinya. Dan saya menonton film ini sudah kepalang punya bayangan cerita noirnya The Wizard of Oz. Sedangkan film ini lebih straightforward good and evil story. Jadi pendapat saya sedikit terganggu karna itu.

Untuk ceritanya sendiri saya tidak bisa berkomentar banyak karena saya sudah memainkan gamenya dan membaca bukunya. I know the story by heart. Ceritanya klasik dan tidak bisa saya komentarin.

Bentuk film ini adalah film musikal. Ada beberapa lagu dalam film ini. Tapi jelas yang paling memorable adalah Over the Rainbow, yang sampe sekarang masih dinyanyiin ulang sama penyanyi baru. It's a song that's destined to be a classic. Yang kedua yang bisa saya komentarin adalah gambarnya. Film ini adalah salah satu film pertama yang menggunakan Technicolor, atau lebih tepatnya, salah satu film berwarna pertama. Untuk adegan di Kansas, warna film ini adalah hitam putih. Ini sebenernya sangat cocok dengan deskripsi di buku, yang menggambarkan Kansas sebagai tempat yang kelabu. Kemudian ketika Dorothy menginjakkan kaki di Oz, semua berwarna. Warnanya lumayan tajam untuk sebuah film yang berumur 70 tahun. Warna kuning yellow brick road dan warna hijau emerald citynya cukup tajam.

Entah kenapa untuk saya film kuno cara pengucapan dialog aktor-aktornya berbeda dari film sekarang. Dan menurut saya itu sangat menarik. Disini juga. Mereka memerankan semua tokoh dengan antusiasme yang sedikit aneh dan unik tapi sedikit masuk dengan tema musikal film ini. Karna saya tidak mengalami sendiri, saya tidak tahu apa film jaman dulu memang seperti ini semua atau hanya film ini saja.

Setelah saya menonton film ini, saya bisa mengerti mengapa film ini termasuk salah satu film terbaik sepanjang masa. Ceritanya sangat klasik, dan gambarnya sekarang pun masih jernih dan indah. Bayangkan tahun 1939 dimana kebanyakan film masih hitam putih, film ini pasti sangat menonjol.

Saya tidak menyesal sama sekali menonton film ini dan untuk saya umur film ini tidak bisa menghalangi orang untuk menontonnya. A great movie will always be great. Cuma lain kali harusnya saya ga main Emerald City Confidential dulu hehehe.

Alice in Wonderland (Tim Burton)


Waktu edar : 5 Maret 2010

Waktu menonton :
Minggu lalu

Media menonton dan teman menonton :
di Blitz Megaplex sama Micha Mahardika Grace Indah Puiputri dan Sarah Fauzani

Hal paling berkesan : Settingnya yang bagus banget dan dressnya Alice yang lucu-lucu


Sometimes I've believed as many as six impossible things before breakfast.


Saya tertarik nonton film ini sebenernya udah dari 2007 atau 2008 gitu, Tiap minggu saya suka ngecek comingsoon.net kalo ada film baru. Begitu tahu ini film Tim Burton, dan pemainnya Johnny Depp dan Anne Hathaway, saya langsung tertarik banget nonton. Begitu keluar kemaren, saya langsung cepet-cepet nonton biar ga terganggu ujian.

Kesan pertama saya begitu filmnya diputer, 'This is going to be great'. Kenapa saya berpendapat seperti itu, karena film diawali dengan Alice kecil yang menceritakan mimpinya sama ayahnya, kemudian dilanjutkan sama Alice dewasa yang pergi ke pesta dansa. Setting dunia nyata dan dunia Alice yang diperlihatkan disini membuat saya lebih mengerti akan kepribadian Alice. Saya memang selalu suka film yang memperlihatkan kehidupan sehari-hari sang tokoh dibandingkan dengan film yang langsung menempatkan dia dalam masalah.

Alice in Wonderland ini ceritanya sangat berbeda dari Alice in Wonderlandnya Disney dan juga berbeda dari kedua novelnya Lewis Caroll, Alice in Wonderland dan Through the Looking Glass, yang kebetulan keduanya sudah saya baca. Alice in Wonderlandnya Tim Burton mengambil tema cerita yang lebih dark, tapi quirky dan exciting.

Disini diceritakan Alice adalah seorang perempuan berumur 20 tahun. Dari kecil, dia selalu dihantui mimpi tentang Ulat biru, kelinci yang memakai jam, dan ratu yang berkepala besar. Ketika dia dewasa, dia dihadapkan sebuah pilihan sulit untuk menerima cinta seseorang yang tidak dia cintai. Ketika dia sedang dalam kebimbangan, dia melihat seekor kelinci putih memakai jam, dan dia berlari mengikuti kelinci itu dan masuk ke lubang yang menghubungkannya ke Underland.

Begitu kita disuguhkan lokasi Underland, gambarnya sangat memanjakan mata. Lokasi Underland dibuat sedemikian rupa seperti tempat yang penuh dengan Wonder tapi juga tetap ada unsur creepynya. Kita bertemu dengan Tweedledee dan Tweedledum yang digambarkan sebagai tokoh baik. Seingat saya, di film kartunnya mereka adalah tokoh yang annoying. Kita kemudian bertemu dengan The Mad Hatter, diperankan oleh Johnny Depp seperti biasa dengan totalitas akting dia yang hebat. Sebenarnya sejujurnya saya sedikit bosan melihat Johnny Depp berperan sebagai tokoh yang sedikit gila. Dia memerankan tokoh seperti itu di Pirates of the Caribbean sebagai Captain Jack Sparrow dan di Charlie and the Chocolate Factory sebagai Willie Wonka. Tapi tetap saya akui aktingnya bagus seperti biasa.

Kemudian kita diperkenalkan kepada dua queen yang bertolak belakang. The Red Queen, Ratu kejam berkepala besar yang diperankan dengan baik oleh aktris andalan Tim Burton, Helena Bonham Carter, dan The White Queen, sang ratu baik yang diperankan oleh Anne Hathaway. Helena Bonham Carter sukses memerankan seorang ratu yang funny in a creepy way dengan kepala besarnya dan sifatnya yang bossy. Dan Anne Hathaway memerankan seorang ratu yang baik, but strangely, in a creepy way. The White Queen sukses memancarkan aura creepy but nice.

This movie is exciting, exhilarating, and succeed in keeping me on the edge of my seat. Special effectsnya top notch banget. Satu hal yang mungkin lebih berkesan untuk saya karena saya cewe yang suka berdress ria adalah kostum Alice. Dia berganti baju lebih dari lima kali untuk film ini. Dan semua bajunya sangat cute dan cocok untuk tema film ini. Sampai sepatunya pun lucu. Ini mungkin sisi cewe saya aja, cuma untuk saya kostumnya memorable.

Overall, film ini memenuhi ekspektasi saya untuk film Tim Burton. Tim Burton selalu berhasil membuat sebuat cerita dengan setting indah tapi slightly creepy. Kritik saya untuk film ini adalah, film ini punya potensi untuk menyimpan lebih banyak meaning karena kepribadian Alice yang sudah terbentuk sejak awal. Tapi pada akhirnya film ini beralih menjadi film fantasi penuh action biasa. Tema dark and creepy Alice masih bisa lebih digali lagi sebenarnya. Tapi overall I'm quite satisfied. A great movie to start my UTS week hahaha.

Snow White and the Seven Dwarfs


Waktu edar : 21 Desember 1937

Waktu menonton :
waktu saya SD

Media menonton dan teman menonton :
saya nonton film ini di vcd bajakan yang beli di toko vcd di BIP. Sekarang tokonya udah tutup. Saya nonton dirumah sendiri.

Hal paling berkesan : Mungkin yang paling berkesan itu lagunya Someday My prince will come sama I'm wishing

I'm wishing
For the one I love
To find me
Today

Snow white and the seven dwarfs adalah film animasi panjang pertama yang dibuat Disney. Film ini juga memuat Disney Princess pertama, yaitu Snow White. Saya nonton film ini waktu SD, jadi mungkin saya juga ga bisa membandingkan apa gambarnya terlihat berumur lebih dari 70 tahun apa ga. Tapi seinget saya animasi dari film ini indah dan warnanya juga tajam. Pembuatan film ini dibuat benar-benar digambar satu satu scenenya. Jadi effort pembuatnya juga bisa dijadikan nilai lebih.

Snow white sebenernya ceritanya sangat klasik. Kayanya semua juga tau. Seorang putri yang tinggal bersama ibu tirinya yang jahat selalu disiksa. Dia selalu mendambakan datangnya 'Prince Charming' yang akan menyelamatkan dia dari situ. Sang ibu tiri punya sebuah kaja ajaib yang bisa memberi tahu semua hal yang dia tanyakan. Suatu hari sang ratu bertanya, "Mirror mirror on the wall, who's the fairest one of all?" dan tentu saja sang cermin menjawab Snow White. Sang ratu menyewa seseorang untuk membunuh Snow White dan sejak saat itu Snow White lari dari rumah dan tinggal di rumah tujuh kurcaci.

Sekarang Disney punya banyak sekali princess - princess. Princess yang terakhir baru dikeluarkan oleh Disney adalah Princess Tiana yang kuat dan berkemauan di The Princess and the Frog. Dan yang akan keluar tahun ini adalah Rapunzel di Tangled. Princess - princess Disney awal punya ciri khas yang sedikit annoying : mereka tidak punya kepribadian. Disini Snow White digambarkan sebagai seorang putri yang sangat baik dan penolong. Tapi yang dilakukan si putri sepanjang film adalah menunggu kedatangan prince charming.

Mungkin Disney tidak bisa disalahkan juga untuk itu. Mereka adalah pionir animasi. Dan film ini dibuat tahun 1937. Tapi tetap saja , kalau dibandingkan dengan putri Ariel atau Belle, Snow White ga ada apa-apanya.

Film ini juga salah satu alasan saya orangnya sekarang romantis. Saya suka mimpi akan ada prince charming yang datang menolong saya. Kayanya waktu kecil saya overdosis film Disney jadinya gini.

Overall, two thumbs up buat breakthrough dari film ini sebagai film animasi panjang pertama. Tapi mungkin karakter dan ceritanya agak - agak shallow sedikit. Tapi untuk settingnya, lokasi hutan menyeramkan yang pohon-pohonnya hidup, pondok kecil tujuh kurcaci dan istana sang ratu semuanya indah dan memanjakan mata. Kayanya cuma Disney yang bisa membuat film tetap indah setelah 70 tahun lebih dibuat.

First post, here we go!

I decided to make a blog about movies that I have watched. It's not reviews though. It's the memories I had while watching it. When did I watch it, who I watched it with, that kind of stuff. And then I will move on to the reviews. And the format I'm going to take is, I'm gonna write reviews based on year of publication. Post one the oldest, post two the newest, and so on. Okay... here we go :)